100% Budaya Toraja Super Unik
Kamu tahu ngak sih,
Toraja itu mempunyai budaya yang tidak ada duanya di dunia. Upacara
adatnya, Kerajinan tangannya yang unik
serta keindahan alamnya yang sangat luar biasa. OrangToraja
memiliki satu system kepercayaan yang disebut Alukta atau Aluk
Todolo. Alukta adalah agama asli orang Toraja yang diturun
temurunkan dari nenek moyang. Dari keseluruhan penduduk Toraja, hanya sekitar
5% yang masih memeluk agama ini. Mereka hidup tersebar di beberapa tempat di
Toraja tetapi pada dasarnya kebanyakan berdiam di sebelah barat Toraja yaitu di
daerah Simbuang. Walaupun sekarang sudah ada agama
Kristen, Islam, Katolik dll tetapi mereka masih juga menganut sebagian dari system kepercayaan ini. Di wilayah
kabupaten Tana Toraja terdapat dua upacara adat
yang dikenal dengan sebutan, ” Rambu Tuka’ “ , dan “Rambu Solo’ “.
Namun, dari kedua upacara itu yang paling terkenal adalah upacara Rambu Solo’. Rambu Solo’
adalah upacara adat masyarakat Tana
Toraja sebagai symbol penghormatan
kepada arwah orang yang telah meninggal dunia menuju suatu tempat
peristirahatan bersama para leluhur
mereka yang disebut Puya yang terletak dibagian selatan tempat tinggal manusia.
Kebanyakan masyarakat Tana Toraja tidak langsung melaksanakan upacara Rambu
Solo’ saat jenazah meninggal, melainkan mereka menaruh jenazah itu di atas
rumah selama berbulan-bulan dan bahakan selama bertahun-tahun bersama orang
yang masih hidup dan sepertinya masih diperlakukan seperti orang hidup, diajak
bicara sehingga Tana Toraja bisa dikatakan
Kota orang Mati yang hidup.
Didalam upacara
Rambu Solo’ banyak proses atau rangkaian ritual yang dilakukan seperti proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang
emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk
disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat
peristirahatan terakhir (ma‘palao). Selain itu, juga terdapat berbagai
antrakasi budaya yang dipertontonkan, di antaranya: adu kerbau (mappasilaga
tedong), kerbau-kerbau yang akan dikorbankan diadu terlebih dahulu sebelum disembelih;
dan adu kaki (sisemba).
Selain antrakasi itu, Dalam upacara ini dipentaskan juga beberapa musik,
seperti pa‘pompan, pa‘dali-dali dan unnosong; serta beberapa tarian, seperti
pa‘badong, pa‘dondi, pa‘randing, pa‘katia, pa‘papanggan, passailo dan
pa‘pasilaga tedong.
Seperti inilah yang dikatakan pa’badonG
Ada yang lebih menarik lagi loh, kerbau yang tadinya diadu, disembelih
atau dipotong dengan cara menebas leher
kerbau hanya dengan sekali tebasan yang biasa disebut “Ma’ tinggoro tedong”. Kerbau
yang dipotong bukan kerbau sembarangan loh,
tapi kerbau belang (Tedong bonga), terus
jumlahnya juga ngak sedikit kira-kira berkisar dari 20-100 dan bahkan ada yang
sampai dua ratusan. Yang uniknya lagi, ketika iring-iringan para pelayat yang
sedang mengantarkan jenazah menuju Puya, dari kejauhan tampak kain merah
panjang bagaikan selendang raksasa membentang di antara pelayat tersebut. Serta
tampak bendera-bendera dengan tiang panjang yang mengawali bentangan kain merah
itu. Unik kan…!!! Jenazah yang sudah dipestakan di masukkan kedalam sebuah
tempat penguburan yang disebut Patane, berbentuk seperti
rumah dengan ukiran toraja yang indah serta mewah. Ukiran itu pun ngak sembarang di ukir karena mempunyai
makna tersendiri tergantung golongan mereka yang di kubur. Jenis ukiran
tersebut antara lain ukiran Pa’ kapu’baka, Pa’tedong, Pa’ bombo uai, dan masih
banyak lagi. Kemudian upacara yang kedua yaitu Upacara syukuran atau Rambu Tuka’, antara lain adalah upacara perkawinan,
maupun selamatan rumah (membangun rumah, merenovasiatau memasuki rumah baru).
Upacara selamatan rumah disebut juga upacara pentahbisan rumah. Upacara jenis
ini harus dilaksanakan pagi hari dan diharapkan selesai di sore hari.
Pemotongan hewan korban juga dilakukan, namun jumlahnya tidak sebanyak saat
upacara kematian. Itu juga yang menyebabkan banyak anggapan bahwa upacara
kematian di Tator memang lebih meriah dibandingkan upacara lainnya. Tetapi
tetap unik dan ngak kalah keren.
Daerah Tana Toraja juga memiliki
keunikan lain yaitu rumah adatnya yang dikenal dengan sebutan Tongkonan serta
lumbung-lumbung padi. Tongkonan dan lumbung-lumbung padi memiliki atap yang
unik juga loh, konon Menurut data
sejarah, penduduk yang pertama-tama menduduki/mendiami daerah Toraja pada zaman
purba adalah penduduk yang bergerak dari arah Selatan dengan perahu. Mereka
datang dalam bentuk kelompok yang dinamai Arroan (kelompok manusia). Setiap
Arroan dipimpin oleh seorang pemimpin yang dinamai Ambe' Arroan (Ambe' = bapak, Arroan = kelompok).
Setelah itu datang penguasa baru yang dikenal dalam sejarah Toraja dengan
nama Puang Lembang yang artinya pemilik perahu, karena mereka datang dengan
mempergunakan perahu menyusuri sungai-sungai besar. Pada waktu perahu mereka
sudah tidak dapat diteruskan karena derasnya air sungai dan bebatuan, maka
mereka membongkar perahunya untuk dijadikan tempat tinggal sementara.Tempat
mereka menambatkan perahunya dan membuat rumah pertama kali dinamai Bamba Puang
artinya pangkalan pusat pemilik perahu sampai sekarang. Itulah sejarah mengapa
rumah Tongkonan dan lumbung-lumbung padi Masyarakat Tana Toraja berbentuk
perahu. Di rumah Tongkonan biasa terlihat banyak tanduk-tanduk kerbau serta
tulang rahang kerbau atau babi, katanya sih,
tanduk kerbau itu merupakan penghitung banyaknya kerbau yang dipotong di
Tongkonan itu.
Seperti inilah
yang dikatakan Tongkonan dan Lumbung-lumbung padi masyarakatTana Toraja.
Kabupaten Tana Toraja di kenal dengan
nama tua yaitu "Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo
" , yang berarti negeri dengan pemerintahan dan masyarakat
berketuhanan yang bersatu utuh bulat seperti bulatnya matahari dan bulan.
Selain itu, banyak lagu-lagu daerah Tana Toraja seperti Marendeng Marampa’,
Tondok Matari’ Allo dll yang biasanya dipertunjukkan lewat iringan Musik
tradisional yaitu Musik bambu.
Keunikan
lain daerah Tana Toraja adalah kuburan-kuburan batu(Liang atau goa) tempat
penguburan jenazah yang sekarang dapat kita di lingkungan alam Ke’te’kesu’,
Londa, Lemo yamg dominan Kita lihat adalah tulang dan tengkorak manusia serta
peti-peti jenazah yang unik dalam bentuk yang beragam pula, seperti peti
raksasa, peti dari batu, peti yang berbentuk babi dll, patung-patung yang
dibentuk persis seperti aslinya(Tau-tau), kerajinan tangannya baik dalam bentuk
tenunan seperti sarung Toraja(Dodo pa’tannun), dalam bentuk anyaman seperti
baka, salokko’ atau buria’(kurungan ayam), dan bingka’(untuk tapisan beras),
ampa’(tikar). Jelaskan Toraja itu super unik , jadi ngak salah jika Toraja
itu incaran para ratusan turis.
Nama : Eunike
Pakiding
Kelas : XI IPA 4