Selasa, 15 Januari 2013

100% Budaya Toraja Super Unik

100% Budaya Toraja Super Unik
Kamu tahu ngak sih, Toraja itu mempunyai budaya yang tidak ada duanya di dunia. Upacara adatnya,  Kerajinan tangannya yang unik serta keindahan alamnya yang sangat luar biasa. OrangToraja memiliki satu system kepercayaan yang disebut Alukta atau Aluk Todolo. Alukta adalah agama asli orang Toraja yang diturun temurunkan dari nenek moyang. Dari keseluruhan penduduk Toraja, hanya sekitar 5% yang masih memeluk agama ini. Mereka hidup tersebar di beberapa tempat di Toraja tetapi pada dasarnya kebanyakan berdiam di sebelah barat Toraja yaitu di daerah Simbuang. Walaupun sekarang sudah ada agama Kristen, Islam, Katolik dll tetapi mereka masih juga menganut sebagian  dari system kepercayaan ini. Di wilayah kabupaten Tana Toraja terdapat dua upacara adat  yang dikenal dengan sebutan, ” Rambu Tuka’ “ , dan “Rambu Solo’ “. Namun, dari kedua upacara itu yang paling terkenal  adalah upacara Rambu Solo’. Rambu Solo’ adalah upacara adat masyarakat  Tana Toraja  sebagai symbol penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal dunia menuju suatu tempat peristirahatan bersama  para leluhur mereka yang disebut Puya yang terletak dibagian selatan tempat tinggal manusia. Kebanyakan masyarakat Tana Toraja tidak langsung melaksanakan upacara Rambu Solo’ saat jenazah meninggal, melainkan mereka menaruh jenazah itu di atas rumah selama berbulan-bulan dan bahakan selama bertahun-tahun bersama orang yang masih hidup dan sepertinya masih diperlakukan seperti orang hidup, diajak bicara sehingga Tana Toraja bisa dikatakan  Kota orang  Mati yang hidup.
Didalam upacara Rambu Solo’ banyak proses atau rangkaian ritual yang dilakukan seperti proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma‘palao). Selain itu, juga terdapat berbagai antrakasi budaya yang dipertontonkan, di antaranya: adu kerbau (mappasilaga tedong), kerbau-kerbau yang akan dikorbankan diadu terlebih dahulu sebelum disembelih; dan adu kaki (sisemba). Selain antrakasi itu, Dalam upacara ini dipentaskan juga beberapa musik, seperti pa‘pompan, pa‘dali-dali dan unnosong; serta beberapa tarian, seperti pa‘badong, pa‘dondi, pa‘randing, pa‘katia, pa‘papanggan, passailo dan pa‘pasilaga tedong.
Seperti inilah yang dikatakan pa’badonG

Ada yang lebih menarik lagi loh, kerbau yang tadinya diadu, disembelih atau dipotong dengan cara  menebas leher kerbau hanya dengan sekali tebasan yang biasa disebut “Ma’ tinggoro tedong”. Kerbau yang dipotong bukan kerbau sembarangan loh, tapi kerbau belang (Tedong bonga), terus jumlahnya juga ngak sedikit kira-kira berkisar dari 20-100 dan bahkan ada yang sampai dua ratusan. Yang uniknya lagi, ketika iring-iringan para pelayat yang sedang mengantarkan jenazah menuju Puya, dari kejauhan tampak kain merah panjang bagaikan selendang raksasa membentang di antara pelayat tersebut. Serta tampak bendera-bendera dengan tiang panjang yang mengawali bentangan kain merah itu. Unik kan…!!! Jenazah yang sudah dipestakan di masukkan kedalam sebuah tempat penguburan yang disebut Patane, berbentuk seperti rumah dengan ukiran toraja yang indah serta mewah. Ukiran itu pun ngak sembarang di ukir karena mempunyai makna tersendiri tergantung golongan mereka yang di kubur. Jenis ukiran tersebut antara lain ukiran Pa’ kapu’baka, Pa’tedong, Pa’ bombo uai, dan masih banyak lagi. Kemudian upacara yang kedua yaitu Upacara syukuran atau Rambu Tuka’, antara lain adalah upacara perkawinan, maupun selamatan rumah (membangun rumah, merenovasiatau memasuki rumah baru). Upacara selamatan rumah disebut juga upacara pentahbisan rumah. Upacara jenis ini harus dilaksanakan pagi hari dan diharapkan selesai di sore hari. Pemotongan hewan korban juga dilakukan, namun jumlahnya tidak sebanyak saat upacara kematian. Itu juga yang menyebabkan banyak anggapan bahwa upacara kematian di Tator memang lebih meriah dibandingkan upacara lainnya. Tetapi tetap unik dan ngak kalah keren.
Daerah Tana Toraja juga memiliki keunikan lain yaitu rumah adatnya yang dikenal dengan sebutan Tongkonan serta lumbung-lumbung padi. Tongkonan dan lumbung-lumbung padi memiliki atap yang unik juga loh, konon Menurut data sejarah, penduduk yang pertama-tama menduduki/mendiami daerah Toraja pada zaman purba adalah penduduk yang bergerak dari arah Selatan dengan perahu. Mereka datang dalam bentuk kelompok yang dinamai Arroan (kelompok manusia). Setiap Arroan dipimpin oleh seorang pemimpin yang dinamai Ambe' Arroan (Ambe' = bapak, Arroan = kelompok).  Setelah itu datang penguasa baru yang dikenal dalam sejarah Toraja dengan nama Puang Lembang yang artinya pemilik perahu, karena mereka datang dengan mempergunakan perahu menyusuri sungai-sungai besar. Pada waktu perahu mereka sudah tidak dapat diteruskan karena derasnya air sungai dan bebatuan, maka mereka membongkar perahunya untuk dijadikan tempat tinggal sementara.Tempat mereka menambatkan perahunya dan membuat rumah pertama kali dinamai Bamba Puang artinya pangkalan pusat pemilik perahu sampai sekarang. Itulah sejarah mengapa rumah Tongkonan dan lumbung-lumbung padi Masyarakat Tana Toraja berbentuk perahu. Di rumah Tongkonan biasa terlihat banyak tanduk-tanduk kerbau serta tulang rahang kerbau atau babi, katanya sih, tanduk kerbau itu merupakan penghitung banyaknya kerbau yang dipotong di Tongkonan itu.





Seperti inilah yang dikatakan Tongkonan dan Lumbung-lumbung padi masyarakatTana Toraja.
        

Kabupaten Tana Toraja di kenal dengan nama tua yaitu "Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo " , yang berarti negeri dengan pemerintahan dan masyarakat berketuhanan yang bersatu utuh bulat seperti bulatnya matahari dan bulan. Selain itu, banyak lagu-lagu daerah Tana Toraja seperti Marendeng Marampa’, Tondok Matari’ Allo dll yang biasanya dipertunjukkan lewat iringan Musik tradisional yaitu Musik bambu.
 Keunikan lain daerah Tana Toraja adalah kuburan-kuburan batu(Liang atau goa) tempat penguburan jenazah yang sekarang dapat kita di lingkungan alam Ke’te’kesu’, Londa, Lemo yamg dominan Kita lihat adalah tulang dan tengkorak manusia serta peti-peti jenazah yang unik dalam bentuk yang beragam pula, seperti peti raksasa, peti dari batu, peti yang berbentuk babi dll, patung-patung yang dibentuk persis seperti aslinya(Tau-tau), kerajinan tangannya baik dalam bentuk tenunan seperti sarung Toraja(Dodo pa’tannun), dalam bentuk anyaman seperti baka, salokko’ atau buria’(kurungan ayam), dan bingka’(untuk tapisan beras), ampa’(tikar). Jelaskan Toraja itu super unik , jadi ngak salah jika Toraja itu  incaran para ratusan turis.
Nama : Eunike Pakiding
     Kelas : XI IPA 4